Inner Power
19 Oktober 2022
Salah satu ciri khas dari tulisan Kang Abik adalah kesalehan
tokoh utamanya. Seringkali sang tokoh akan digambarkan menjadi seseorang yang
memiliki nilai agama yang sangat kuat, tak gentar ketika dihadapkan kepada ujian-ujian
yang mengguncang fisik dan mental. Hafalan al Quran, telah mendalami ilmu agama
dengan baik, pengamalan ibadah yang istiqomah, serta nilai sosial yang bagus.
Kesempurnaan karakter itu tentu saja bukan tanpa alasan,
masalah kehidupan yang sangat relate dengan kehidupan dihadirkan dengan
segala perjuangan sang tokoh. Belum lagi detail setting yang membuat pembaca seakan
diajak ikut serta turut hadir bersama tokoh menambah kesan “nyata” itu semakin
dalam. Dalam novel bidadari bermata bening, tokoh utama bernama Ayna, seorang
anak yatim dari Ibu yang dulunya TKW dan menikah dengan majikannya, pria
keturunan Palestina yang berdomisili di Amman, Yordania. Meninggal sejak Ia di
kandungan membuatnya menjadi bahan bulian Neneng, kawan satu sekolah dengannya
yang berakhir menyedihkan karena kesombongan dan kecurangannya.
Satu yang membuatku sangat menyukai karakter Ayna adalah kekuatan mental dan keistiqamahannya. Ia menjelma menjadi seorang yang lemah lembut tapi tegas. Sebagai anak yatim piatu dengan segala ujian hidup yang berasal dari pihak keluarganya, sangatlah tidak mudah. Apalagi ketika sampai Ia harus menikah dengan Yoyok (Haryo) yang ternyata berasal dari keluarga pelaku korupsi dan bandar judi. Yang membuatku sangat takjub adalah terlepas dari itu semua Ia tetap bisa menjaga kehormatannya karena syarat yang Ia berikan kepada suaminya sebelum menyentuhnya, yakni menguasai membaca al Quran dan menghapal beberapa surat. Kisah berlanjut dengan perjuangannya untuk lepas dari jeratan keluarganya dan lari dari pernikahan dengan seorang duda atas permintaan dari Yoyok dan keluarganya. Jatuh bangkit Ia hadapi sekuat tenaga dan kisah berakhir ketika Ia menikah dengan lelaki yang Ia cintai, Gus Afif. Meskipun tanpa kuduga, justru karakter Gus Afif ini sedikit psimis dan kurang gentle (menurutku pribadi). Namun itu semua diimbangi dengan kekuatan karakter Ayna yang tangguh dan pantang menyerah.
Kisah diatas hanya sepenggal dari novel Kang Abik, yang ingin
aku bagikan adalah bagaimana seseorang memiliki mental sekuat dan setangguh Ayna.
Setiap hari Ia mengamalkan dzikir harian berupa istighfar, shalawat dan dzikir
lain yang tak pernah Ia tinggalkan. Lebih dari itu, Ia memiliki pendirian teguh
dan nilai yang Ia pegang erat. Konflik yang Ia alami pun tidak main-main. Bagaimana
cara Ayna menghadapi semua itu membuat aku pribadi berkaca dan mereset ulang
bagaimana aku memandang diriku. Kekuatan besar itu tidak bisa kita temukan di
orang lain tapi di dalam diri sendiri.
Dulu, aku pernah sekali menceritakan masalah yang aku hadapi
ke salah satu kawanku. Di luar bayangan, terlepas dari background pendidikannya
yang tak pernah menempuh sekolah agama, Ia mengingatkanku untuk becermin ke
kisah Nabi Ibrahim yang menceritakan kesulitannya kepada Allah SWT. Ia juga
mengingatkan bahwa menceritakan masalah kita ke manusia belum tentu akan bisa
menemukan jalan keluar. Dan memang benar bukan? Terlepas perasaan lega yang kita
rasakan, pada akhirnya ketika kita benar-benar bisa mengendalikan diri dan
menceritakan segala masalah kepada Allah SWT kekuatan itu akhirnya datang. Bukan
menyalahkan cara bercerita, setiap orang punya cara masing-masing untuk menyelesaikan
masalah mereka, tapi jangan lupa, jalan pulang akhirnya hanya kepada Allah SWT…
Wallaahua’lam bis shawaab…
Semoga kita semua digolongkan kepada umat yang senantiasa
memperbaiki diri, amiin…
Comments
Post a Comment