Humairaa', I am never getting ready for being left...
Kali pertama menonton konser musik klasik, 70 geneh kami habiskan untuk membayar tiket. Kalau bukan karena kecintaannya yang sangat besar dengan musik klasik, mungkin kami tak akan pergi ke acara semacam ini, kami berdua sama-sama penganut aliran gunakan uang sehemat mungkin. Kalau bisa jalan, kenapa harus naik kendaraan, haha. Mai, kawan Malaysia yang mengenalkanku kepada dunia tiba-tiba berbisik kepadaku, "I am getting married..." menyisakan wajahku yang tak berkedip untuk sekian detik, "Ha?!" ucapaku, berpikir apakah aku salah dengar? Apa dia serius atau bercanda? "Why you seem so shock?" tambahnya. "I am!"
Rasa-rasanya aku belum siap "kehilangan" Mai. Akhir tahun ini, katanya. Saat konser berakhir, dia mencerikatan lebih detail tentang proses yang ia jalani. Betapa bahagia aku karena aku tahu lelaki yang datang padanya adalah sosok yang sangat baik. Kalau kuingat-ingat lagi, tak terhitung berapa kali aku belajar dari Mai. Dibalik sifat beraninya, ia membutuhkan seseorang yang mendukung dan membantu mengatasi rasa malu yang ia miliki. And here I am, siap kapanpun ia minta.
Rasa-rasanya aku belum siap "kehilangan" Mai. Akhir tahun ini, katanya. Saat konser berakhir, dia mencerikatan lebih detail tentang proses yang ia jalani. Betapa bahagia aku karena aku tahu lelaki yang datang padanya adalah sosok yang sangat baik. Kalau kuingat-ingat lagi, tak terhitung berapa kali aku belajar dari Mai. Dibalik sifat beraninya, ia membutuhkan seseorang yang mendukung dan membantu mengatasi rasa malu yang ia miliki. And here I am, siap kapanpun ia minta.
Rasa ingin tahu dan jiwa petualang Mai yang sangat besar membantuku melihat dunia dengan cara yang baru, aku diajak melihat dan berkenalan dengan orang baru dan belajar banyak hal. Semakin kupikir, mungkin kami berdua saling melengkapi. Aku butuh seseorang yang akan membawaku melihat dunia, dan dia ada dengan segala rencana dan ide-ide atau bahkan hal-hal spontan lainnya. Kali pertama kami bertemu adalah sosialisasi Enactus Azhar, komunikasi berlanjut karena kesamaan hal yang kami suka, buku, topik diskusi, kopi dan jalan kaki, haha. Memintaku untuk mengantar ke toko buku, keliling Zamalek melihat galeri seni, ke Mikawi untuk mendengar Syekh yang bahkan baru kami dengar namanya, yang setelah itu kami ketahui beliau ternyata sangat hebat. Mai mengenalkanku kepada ahli beit Darussalam, mewujudkan mimpiku untuk tinggal dengan orang Malaysia, keluarga baruku.
The rush girl, yang ternyata sangat butuh untuk di slow-downkan memiliki banyak kisah dan pengalaman yang tak pernah kusangka pernah ia alami. Hal favorit dari semua perjalanan yang kami lalui adalah pertanyaan, "Ikma, have you ever been this place? Let's go there together!" lantas ia akan bercerita tentang rencana perjalanan dan hal-hal yang ia ingin lakukan. Sepanjang kami berjalan ia akan membuka topik diskusi dan aku selalu dibuat kagum dengan bagaimana ia berpikir. Bagaimana ia begitu tegas dalam mengemukakan pendapatnya, jelas tujuan serta mimpinya. Latar belakang pendidikan kami yang berbeda membuat diskusi selalu seru, dan yang paling aku suka adalah bagaimana ia menikmati proses belajar itu sendiri. Walaupun aku mengambil fakultas umum, dengan housmates yang kesemuannya mengambil jurusan dirasat islamiyah, termasuk Mai dengan akidah filsafatnya, membuatku semakin bersyukur. Teman-teman rumahku akan sangat terbuka untuk diskusi dari kelas dan pengajian yang mereka hadiri, aku dengan buku dan pelajaranku, masalah rumah yang terbuka untuk dimusyawarahkan, serta toleransi yang besar dan kepedulian satu sama lain, tak lain dan tak bukan juga berkat Allah mengirimkan Mai sebagai wasilahnya, alhamdulillah.
Gadis Kelantan dengan jiwa patriotik super, mari gunakan waktu kita bersama sebaik mungkin sebelum kamu diambil orang. Maka sampai saat itu tiba, I'll take over his place, haha.
The rush girl, yang ternyata sangat butuh untuk di slow-downkan memiliki banyak kisah dan pengalaman yang tak pernah kusangka pernah ia alami. Hal favorit dari semua perjalanan yang kami lalui adalah pertanyaan, "Ikma, have you ever been this place? Let's go there together!" lantas ia akan bercerita tentang rencana perjalanan dan hal-hal yang ia ingin lakukan. Sepanjang kami berjalan ia akan membuka topik diskusi dan aku selalu dibuat kagum dengan bagaimana ia berpikir. Bagaimana ia begitu tegas dalam mengemukakan pendapatnya, jelas tujuan serta mimpinya. Latar belakang pendidikan kami yang berbeda membuat diskusi selalu seru, dan yang paling aku suka adalah bagaimana ia menikmati proses belajar itu sendiri. Walaupun aku mengambil fakultas umum, dengan housmates yang kesemuannya mengambil jurusan dirasat islamiyah, termasuk Mai dengan akidah filsafatnya, membuatku semakin bersyukur. Teman-teman rumahku akan sangat terbuka untuk diskusi dari kelas dan pengajian yang mereka hadiri, aku dengan buku dan pelajaranku, masalah rumah yang terbuka untuk dimusyawarahkan, serta toleransi yang besar dan kepedulian satu sama lain, tak lain dan tak bukan juga berkat Allah mengirimkan Mai sebagai wasilahnya, alhamdulillah.
Gadis Kelantan dengan jiwa patriotik super, mari gunakan waktu kita bersama sebaik mungkin sebelum kamu diambil orang. Maka sampai saat itu tiba, I'll take over his place, haha.
Novel pertama Mai, "Pasar Belakang Barakat" Perlu usaha lebih untuk menarik tangannya demi serah terima kepada Encik Ahrun dan Dr. Helmi, as usual, akulah juru bicara Mai, wkwk. |
Ouh ternyata seperti itu. Sebuah catatan yang entah.. mungkin beruntung? aku telah membacanya. Alaa kulli haal, semoga terus menjadi perempuan-perempuan hebat. Terus mengispirasi Ikma dan semoga bahagia di akhir tahun nanti untuk Huma atas pernikahannya. Terus menginspirasi.
ReplyDeleteTerkejut sebenarnya ketika membaca cerita rencana pernikahan Huma. Hanya Allah yg tau rasanya ketika ku membaca ini. Tapi terima kasih untuk setidaknya telah mengenal dan menginspirasi. Semoga selalu dalam kebaikan Allah semuanya. Insyaallah khair.
ReplyDelete